DiProvinsi Sulawesi Selatan. Bahasa Toraja dituturkan oleh masyarakat yang berada di Kabupaten Kota Makassar, Tana Toraja, Toraja Utara, Luwu Utara, dan Luwu Provinsi Sulawesi Selatan. Bahasa Toraja terdiri atas sebelas dialek, yaitu (1) dialek Toraja Pandang yang dituturkan di Kelurahan Pandang, Kecamatan Panakkukang, Kabupaten Kota Makassar PelaksanaTugas Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel), Andi Sudirman Sulaiman, menyampaikan, keberhasilan ini atas sinergi bersama hingga di tingkat pemerintah desa/kelurahan. "Alhamdulillah, angka stunting di Sulsel turun signifikan hingga 9.08 persen. Ini melampaui target Nasional 14 persen untuk tahun 2024," ujarnya, Sabtu (13/11/2021). Alamat: Jalan Metro Tanjung Bunga Blok AA No.3, Tanjung Merdeka, Tamalate, Tj. Merdeka, Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90124, Indonesia. Berikut adalah Salah Satu Rute Menuju Lokasi Perusahaan dan Pabrik di gowa sulawesi selatan: Jarak Lokasi Kurang Lebih = 870 km. Awal rute perjalanan = kota bontang . 37 m - Ke arah timur laut di Gg. Vay Nhanh Fast Money. Perekonomian Sulawesi Selatan tumbuh 7,23 persen pada tahun 2017, tertinggi kedua di Indonesia. Struktur perekonomian yang mendominasi adalah pertanian, kehutanan, dan perikanan 22,89 persen, perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor 13,94 persen, industri pengolahan 13,71 persen, dan konstruksi 12,74 persen. Lalu bagaimana jika struktur perekonomian tersebut di disagregasi hingga level desa? Bagaimana pula ketersediaan infrastruktur yang mendukung kegiatan utama masyarakat di desa? Dan terakhir, bagaimana peran desa dalam pembangunan nasional? Sampai saat ini, data level desa terbaru yang bisa digunakan adalah data Potensi Desa Podes 2014 yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik BPS. Jadi data yang digunakan pada tulisan ini mencerminkan situasi pada tahun 2014. Berdasarkan Podes 2014, Sulawesi Selatan tercatat memiliki desa, 306 kecamatan, dan 24 kabupaten/kota. Ini berarti, rata-rata jumlah desa di setiap kabupaten/kota adalah 126 desa, dengan jumlah desa yang paling banyak di Kabupaten Bone 327 desa dan paling sedikit di Kota Pare-Pare 22 desa. Sebanyak 89 persen desa di Sulawesi Selatan menjadikan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebagai sumber penghasilan utama dari sebagian besar penduduk-nya. Adapun sebagian desa lainnya adalah sektor jasa 5 persen desa, sektor perdagangan besar/eceran dan rumah makan 4 persen desa, dan sektor lainnya 1 persen desa. Ini berarti mata pencaharian penduduk di Sulawesi Selatan dominan di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan Grafik 1. Grafik 1. Sektor yang Menjadi Sumber Penghasilan Utama Sebagian Besar Penduduk di Desa Pada desa yang penghasilan utama sebagian besar penduduk adalah pertanian, kehutanan dan perikanan, sebanyak 64 persen desa yang komoditi/subsektor-nya adalah padi. Ini mencerminkan penghasilan utama sebagian besar penduduk di Sulawesi Selatan berasal dari komoditi padi. Adapun desa lainnya, komoditi/subsektor yang dominan adalah perkebunan 15 persen desa, palawija 10 persen desa, perikanan tangkap dan budidaya 7 persen desa, holtikultra 3 persen desa, dan lainnya 1 persen desa. Grafik 2. Komoditi/Subsektor pada Desa yang Sumber Penghasilan Utama Sebagian Besar Penduduk adalah Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Namun dukungan infrastruktur antara satu desa dengan lainnya masih belum merata. Pada desa yang sektor dominannya adalah pertanian, kehutanan, dan perikanan, hanya 25 persen desa yang memiliki infrastruktur jalan dari sentra produksi/lahan pertanian ke jalan utama desa yang sudah diaspal/dibeton. Sebagian besar desa ternyata masih jalan tanah 37 persen dan diperkeras 34 persen. Masih minimnya ketersediaan infrastruktur jalan di sebagian besar desa di Sulawesi Selatan ini perlu perlu menjadi perhatian serius pemerintah daerah/desa. Lumrah diketahui infrastruktur jalan berperan penting dalam mendorong dan mengoptimalkan potensi ekonomi di desa. Jika perekonomian desa di Sulawesi Selatan maju, maka secara langsung maupun tidak langsung akan berkontribusi pada kemajuan perekonomian provinsi. Dengan membangun desa, maka kita akan memiliki basis perekonomian yang kuat. Kemiskinan dan ketimpangan juga akan berkurang signifikan. Grafik 3. Kondisi Jalan dari Sentra Produksi/Lahan Pertanian ke Jalan Utama Desa Dari paparan data di atas, maka setiap upaya pemerintah, baik pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota untuk membangun desa harus didukung. Sejak tahun 2015, pemerintah menyalurkan dana desa yang pada APBN 2018 dianggarkan sebesar Rp. 60 triliun. Meskipun implementasinya masih ada kekurangan, transfer ke desa ini merupakan langkah tepat untuk mengoptimalisasi potensi desa. Argumentasinya, pemerintah di masing-masing desa-lah yang paling mengetahui kebutuhan masyarakat di desa tersebut. Jika yang paling banyak dibutuhkan oleh rakyat di desa adalah jalan, maka seyogianya penyediaan jalan yang perlu diprioritaskan oleh pemerintah desa. Oleh karena itu, kemajuan perekonomian desa merupakan awal mula dari kemajuan perekonomian nasional. Jika perekonomian setiap desa dalam suatu kabupaten/kota maju, maka otomatis maju pula kabupaten tersebut. Jika perekonomian setiap kabupaten/kota dalam suatu provinsi maju, maka otomatis maju pula provinsi tersebut. Dan terakhir, jika perekonomian setiap provinsi itu maju, maka otomatis maju pula perekonomian secara nasional. Paradigma berpikir ini lah yang sepertinya menjadi strategi kebijakan pembangunan ekonomi saat ini. Tidak kalah pentingnya, kebijakan ini harus disambut dengan perubahan paradigma berpikir oleh seluruh kepala desa di Indonesia. Dana desa bukan untuk foya-foya kepala desa dan orang-orang di sekitarnya, tapi untuk kepentingan rakyat secara menyeluruh. Setiap kepala desa harus memiliki visi, mau dibawa ke mana pembangunan desa, setidaknya selama periode kepemimimpinannya. Hal ini agar penggunaan dana desa bisa lebih optimal untuk mendukung visi pembangunan desa. Randi Kurniawan Andi Sudirman Sulaiman, Gubernur Sulawesi SelatanAndi Sudirman Sulaiman merupakan Gubernur sulawesi Selatan Connect Dr. H ASLAM PATONANGI PLT Sekda Provinsi Sulawesi Selatan Aslam Patonangi merupakan Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Connect Empat Desa Wisata di Sulsel Lolos 50 Besar ADWI 2022 Kemenparekraf Makassar, - Empat Desa Wisata di Provinsi Sulawesi Selatan memasuki tahapan 50 besar pada Anugerah Desa Wisata Indonesia ADWI 2022 yang diselenggarakan oleh Kemenparekraf/Baparekraf RI Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. Sebanyak 50 desa wisata yang tersebar pada 34 provinsi dinyatakan sebagai desa wisata terbaik. Hasil ini setelah melalui serangkaian kurasi Tim Juri ADWI 2022. Untuk Provinsi Sulsel, empat desa wisata yang lolos dalam 50 besar yaitu, Desa Wisata Barania di Kabupaten Sinjai, Desa Wisata Matano Iniaku di Kabupaten Luwu Timur Lutim, Desa Wisata Campaga di Kabupaten Bantaeng dan Desa Wisata Kambo di Kota Palopo. Empat desa wisata itu mengungguli 334 desa wisata di Sulsel yang telah terdaftar dan terverifikasi via website Jejaring Desa Wisata Jadesta, untuk ikut bersaing di ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia 2022 ADWI 2022. Sebelumnya, dari total 338 desa wisata itu, 31 diantaranya masuk 500 Besar. Dari hasil penilaian, mengerucut menjadi 18 desa pada tahapan 300 Besar. Kemudian berkurang lagi jumlahnya menjadi 6 desa wisata di tahapan 100 Besar ADWI 2022. Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman pun menyambut baik kabar ini. “Alhamdulillah, ini kabar baik, ada 4 Desa Wisata di Sulsel yang lolos ke 50 besar ADWI 2022. Sulawesi Selatan dikaruniai dengan beragam kearifan lokal, salah satunya dari sektor pariwisata. Kita harap ini akan menjadi wujud upaya pemulihan sektor perekonomian dan sektor pariwisata,” ungkapnya. Sementara itu, Kepala Disbudpar Sulsel Muhammad Jufri menyebut, prestasi ini sebuah kebanggaan tersendiri karena Sulsel terwakilkan oleh 4 desa wisata. “Mulai 500 Besar sampai 300 Besar, Sulsel sama-sama melaju dengan Jatim. Di babakan 100 Besar muncul juga Jateng di samping Jatim dan Sulsel di posisi teratas. Lalu di 50 Besar ini jumlahnya juga sama dengan Jatim, 4 desa wisata," jelas Jufri. Keempat desa ini mampu mengharumkan nama Sulsel di kancah nasional. Melalui ajang ini pula, desa wisata dimaksud dapat memberi andil terhadap peningkatan kunjungan wisatawan. Masyarakat terberdayakan untuk mengembangkan potensi kepariwisataan. Terutama bagi Pelaku UMKM dengan menyiapkan produk-produk lokal sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang wisatawan. "Desa wisata ini bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan aksesibilitas. Nilai-nilai kearifan lokal tetap terjaga, menjadi nilai jual bagi wisatawan," pungkasnya. *

desa di sulawesi selatan